Kamis, 28 Desember 2017

MAKALAH INSTRUMEN PENELITIAN





BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan  informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitin,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan  kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodelogi penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan realibitas yang baik. Untuk memperoleh instrument yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrument.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan berbagai hal terkait dengan instrument penelitian yang pembahasannya diawali dengan pengertian instrumen penelitian, lagkah-langkah penyusunan, teknik pengujian validitas dan reliabiltasnya, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Instrumen Penelitian?
2.      Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Instrumen?
3.      Bagaimana Teknik Pengujian Validitas dan Reliabiltasnya?
4.      Bagaimana Teknik Pengumpulan Data?
5.      Bagaimanan Teknik Analisis Data?
C.      Tujuan
1.      Mengetahui Apa Pengertian Instrumen Penelitian.
2.      Mengetahui Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Instrumen.
3.      Mengetahui Bagaimana Teknik Pengujian Validitas dan Reliabiltasnya.
4.      Mengetahui Bagaimana Teknik Pengumpulan Data.
5.      Mengetahui Bagaimanan Teknik Analisis Data.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Instrumen Pengertian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah. Instrumen penelitian dapat diartikan pula sebagai alat untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang  dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut   menjadi sistematis dan di permudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.  Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut  psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif,perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah  pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel  yang sedang diteliti.
B.       Langkah-langkah Menyusun Instrumen
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu :
1.      Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2.      Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3.      Mencari indikator dari setiap dimensi.
4.      Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5.      Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6.      Petunjuk pengisian instrumen.

C.      Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaituValid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda   dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur   menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat   dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras,mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.
Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan Konsistensi Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu pada kemampuan instrumen untuk menghasilkan data yang sama dari waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak berubah).
Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam instrumen yang dibuat dua atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur penggunaan listrik di suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen yang berbeda. Tetapi jika temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen mereka memilki sifat "ekivalen".
Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen mengukur satu hal yang sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal yang sama (motivasi).
1.      Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
a.       Pengujian Validitas Konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan     instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan   mengkorelasikan antar skor item instrumen.
b.      Pengujian Validitas Isi (Content)
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun            berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak      mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
c.       Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja       yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.
2.      Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
a.       Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b.      Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya  sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut  ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada  responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen  yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan,   maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
c.       Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen.
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien  reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat           dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
d.      Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen  sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat           dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Sp lit half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.
D.      Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Macam-macam teknik pengumpulan data antara lain: (1) interview (wawancara); (2) kuesioner (angket); (3) observasi (pengamatan); (4) dokumentasi; dan (5) Tes.


  1. Interview (Wawancara)
Wawancara menurut Satori & Komariah (2011: 130) adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Sugiyono (2010: 194) menjelaskan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil/sedikit. Teknik pengumpulan data mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Dalam Sugiyono (2010: 194), wawancara dibedakan menjadi wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara biasa digunakan pada penelitian kuantitatif, kualitatif, dan pengembangan. Wawancara lebih sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, wawancara lebih sering digunakan untuk studi pendahuluan dalam menemukan permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif, wawancara bersifat mendalam, karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari informan.
Wawancara dalam penelitian kualitatif meliputi wawancara mendalam dan wawancara bertahap. Wawancara mendalam dilakukan dalam konteks observasi partisipasi. Peneliti terlibat secara intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannya dengan kehidupan informan (Satori & Komariah, 2011: 130). Selanjutnya Satori dan Komariah juga menjelaskan bahwa wawancara bertahap adalah wawancara yang mana peneliti melakukannya dengan sengaja dating berdasarkan jadwal yang ditetapkan sendiri untuk melakukan wawancara dengan informan dan peneliti tidak sedang observasi partisipasi. Sifat wawancara tetap mendalam, tetapi dipandu oleh pertanyaan-pertanyaan pokok.
1.      Wawancara Terstruktur
Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Setiap responden diberi pertanyaan sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
2.      Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Contoh:
Bagaimanakah pendapat bapak/ibu terhadap kebijakan pemerintah terhadap Perguruan Tinggi Berbadan Hukum? Dan bagaimana peluang masyarakat miskin dalam memperoleh pendidikan tinggi yang bermutu?
Jenis wawancara ini sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Dalam penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan ceritera responden.
  1. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Kuesioner efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Kuesioner cocok digunakan apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka.
Kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian kuantitatif, kualitatif, dan pengembangan. Kuesioner lebih sering digunakan dalam penelitian kuantitatif dan pengembangan. Tetapi ada juga penelitian kualitatif yang menggunakan bantuan angket sebagai teknik pengumpulan datanya.
Dalam Arikunto (2006: 152) , kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan:
1.      Dipandang dari cara menjawab
Dibedakan menjadi kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Sedangkan kuesioner tertutup sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih.
2.      Dipandang dari jawaban yang diberikan
Ada dua jenis kuesioner, yaitu kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya. Sedangkan kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.
3.      Dipandang dari bentuknya.
Menurut bentuknya, kuesioner dibedakan menjadi kuesioner pilihan ganda, kuesioner isian, check list, dan rating-scale.
  1. Observasi (pengamatan)
Pengertian observasi menurut Satori & Komariah (2011: 105) adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung dengan terlibat ke lapangan dengan melibatkan seluruh pancaindera. Sedangkan tidak langsung dengan dibantu mediavisual/audiovisual.
Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Teknik observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Observasi dapat digunakan pada penelitian kuantitatif, kualitatif dan pengembangan. Observasi untuk penelitian kualitatif menurut Satori dan Komariah (2011: 105) adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian kuantitatif biasanya menggunakan observasi terstruktur. Sedangkan pada penelitian kualitatif, observasi yang sering dilakukan adalah observasi berperanserta, dengan instrumen observasi tidak terstruktur.
Pada observasi eksperimental dimana tingkah laku yang diharapkan muncul karena perlakuan atau suatu kondisi tertentu, maka observasi memerlukan perencanaan dan persiapan yang benar-benar matang, sedangkan observasi yang dilaksanakan dalam situasi yang wajar, pelaksanaannya jauh lebih sederhana, karena observasi semacam ini dapat dilakukan sepintas lalu saja (Sudijono dalam Taniredja dan Mustafidah, 2011: 48-49).Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian, peneliti telah mempersiapkan terlebih dahulu blanko/lembar observasi yang berisi perilaku yang dapat diamati oleh peneliti, yang sebelumnya dirancang/disusun dalam sebuah kisi-kisi. Peneliti dapat meminta bantuan orang lain sebagai observer untuk dapat membantu peneliti dalam melakukan observasi.
Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:
1.      Observasi Berperanserta
Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa uang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Dalam suatu perusahaan, peneliti dapat berperan sebagai karyawan, mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan karyawan lainnya, dan lain-lain.
2.      Observasi Nonpartisipan
Peneliti hanya sebagai pengamat independen. Data yang dikumpulkan tidak mendalam, tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
Dalam proses produksi, peneliti dapat mengamati bagaimana mesin-mesin bekerja dalam mengolah bahan baku, komponen mesin mana yang masih bagus dan yang kurang bagus, bagaimana kualitas barang yang dihasilkan, dan bagaimana performance tenaga kerja atau operator mesinnya.
Berdasarkan instrumen yang digunakan, observasi dibedakan menjadi:
1.      Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan di mana tempatnya. Observasi ini dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
Contoh:
Peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertugas dalam pelayanan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dan ucapan dengan menggunakan instrument yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.


2.      Observasi tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan.
Dalam suatu pameran produk industri dari berbagai negara, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.
  1. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen berbentuk gambar misalnya foto, sketsa, dll. Dokumen berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dll. Dalam penelitian kualitatif studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.
Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel jika didukung sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobiografi. Penelitian juga semakin kredibel jika didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik.
Dokumetasi dapat digunakan pada penelitian kuantitatif, kualitatif dan pengembangan. Dokumentasi sering digunakan pada penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Akan tetapi, dokumentasi juga digunakan dalam penelitian kuantitatif dan pengembangan, dalam hal mengumpulkan data awal yang dapat menunjang latar belakang dan pentingnya penelitian.


  1. Tes
Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan obyek yang diteliti (Arikunto, 2006: 223).  Sumber yang dikenai tes bukan hanya manusia. Misalnya binatang, mesin mobil, dll. Contoh: Jika seekor anjing pelacak akan digunakan sebagai pembantu polisi untuk mendeteksi narkoba, dia dites dulu apakah kiranya memiliki kecerdasan dan penciuman yang tajam, sehingga ada kemungkinan untuk dilatih. Selama dan sesudah latihan berlangsung, anjing tersebut dites lagi berkali-kali untuk diketahui seberapa tinggi peningkatan kemampuannya.
Untuk manusia, instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes buatan guru dan tes terstandar. Tes buatan guru yang disusun oleh guru dengan prosedur tertentu, tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan kebaikannya. Tes terstandar biasanya sudah tersedia di lembaga testing, yang sudah terjamin keampuhannya.
  1. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2010: 330). Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi digunakan pada penelitian kualitatif.
Terdpat dua macam triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik, berarti penelitian menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
E.    Analisis Data
  1. Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan Analisis data dalam Sugiyono ( 2010: 207) adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian kuantitatif, yaitu statistik deskriptif dan dan statistik inferensial. Statistik intefensial meliputi statistik parametris dan statistik nonparametris.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010: 208). Analisis statistik ini digunakan apabila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, tidak untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.
Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan modus, median, mean, perhitugan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dn standar deviasi dan perhitungan persentase.
Analisis statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis, korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi. Analisis ini tidak sampai pada pengujian signifikansinya, karena dalam analisis deskriptif tidak membuat generalisasi.
Analisis statistik inferensial digunakan apabila peneliti ingin membuat suatu kesimpulan yang berlaku untuk populasi. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Analisis statistik ini cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara random.
            b.    Kualitatif
Dalam Moleong (2010: 287) disebutkan bahwa terdapat tiga model analisis data pada kualitatif, antara lain:
  1. Metode perbandingan tetap, secara tetap membandingkan satu datum dengan datum yang lain dan kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya. Secara umum proses analisis datanya mencakup: reduksi data, kategori data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja.
  1. Metode analisis data menurut Spradley, proses penelitiannya terdiri dari:
a.       Pengamatan deskriptif,
b.      Analisis domein, dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan berperanserta/wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan, yang dapat dilihat di buku lampiran.
c.       Pengamatan terfokus dan wawancara tefokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti.
d.      Analisis taksonomi, meliputi langkah-langkah berikut ini; (1) memilih satu domein untuk dianalisis, (2) mencari kesamaan atas dasar hubungan simantik yang sama yang digunakan untuk domein itu, (3) mencari tambahan istilah bagian, (4) mencari domein yang lebih besarn dan lebih inklusifyang dapatdimasukkan sebagai sub bagian dari domein yang sedang dianalisis, (5) membentuk taksonomi sementara, (6) mengadakan wancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan, dan (7) membangun taksonomi secara lengkap.
e.       Pengamatan terpilih, dengan melakukan wancara terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras.
f.       Analisis komponensial, meliputi; (1) memilih domein yang akan dianalisis, (2) mengidentifikasikan seluruh kontras yang telah ditemukan, (3) menyiapkan lembar paradigma, (4) mengidentifikasi dimensi kontras yang memiliki dua nilai, (5) menggabungkan dimensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu, (6) menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada, (7) mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data, dan (8) menyiapkan paradigma lengkap.
g.      Analisis tema, merupakan seperangkat prosedur untuk memahami secara holistik pemandangan yang sedang diteliti. Langkah-langkah menemukan tema ialah; (1) melebur diri, (2) melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan, (3) perspektif yang lebih luas melalui pencarian domein dalam pemandangan budaya, (4) menguji dimensi kontras seluruh domein yang telah dianalisis, (5) mengidentifikasi domein yang terorganisir, (6) mencari tema universal.
  1. Metode analisis data menurut Miles dan Huberman, analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme dengan menggunakan matrik. Dengan matrik yang dipetakan maka peneliti mulai mengadakan analisis apakah membandingkan, melihat urutan ataukah menelaah hubungan sebab-akibat sekaligus.
  2. Pengembangan
Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data dikumpulkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis data:
a.       Analisis data mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, bagan, atau grafik.
b.      Data diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan
c.       Data dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
d.      Penyajian hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual, dengan tanpa interpretasi pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk.
e.       Dalam analisis data penggunaan perhitungan dan analisis statistik sejalan dengan permasalahan yang diajukan, dan produk yang akan dikembangkan.
f.       Laporan atau sajian harus diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan konsumen, atau calon pemakai produk.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel  yang sedang diteliti.
2.      Enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu : 1) Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti. 2) Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi, 3) Mencari indikator dari setiap dimensi, 4) Mendeskripsikan kisi-kisi instrument, 5) Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrument, 6) Petunjuk pengisian instrumen.
3.      Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki dua syarat yaitu Valid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara akurat mengukur objek yang harus diukur.Reliabel berarti hasil pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
4.     Teknik pengumpulan data terdiri dari wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi dapat digunakan pada penelitian kuantitatif, kualitatif dan pengembangan. Dokumentasi biasa digunakan pada penelitian kualitatif. Pada penelitian kualitatif digunakan teknik triangulasi untuk menginterpretasikan beberapa teknik pengumpulan data.
5.    Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan statistik, baik deskriptif maupun inferensial. Terdapat tiga model analisis data pada penelitian kualitatif, yaitu metode perbandingan tetap, metode analisis data menurut Spradley, dan metode analisis data menurut miles dan huberman. Analisis data pada penelitian pengembangan mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, bagan, atau grafik.